MELIHAT
LEBIH DALAM PASTI JAUH LEBIH INDAH
Aku adalah mahasiswa baru
dua tahun yang lalu, dan sekarang aku adalah mahasiswa lama, tua, senior dua
tingkat dari maba yang sebenarnya. Dan inilah aku, mahasiswa semester 5 kelas C
jurusan Pendidikan Biologi Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo yang biasanya
dikenal UNG, kampus peradaban atau kampus merah maron. Ada alasan mengapa dari
banyak Universitas di Indonesia, aku memilih Universitas Negeri Gorontalo
sebagai tempat meneruskan perjalanan pendidikanku selanjutnya. Pertama, karena
dekat dengan rumah. Kedua, orangtua tidak mengizinkan kuliah jauh dari rumah.
Ketiga, karena hanya Universitas Negeri Gorontalo yang dekat dengan rumahku di
Jl. Pattimura no 63. Kelurahan Limba U II Kecamatan Kota Selatan belakang mall
Megazanur, sebelah kirinya Roberta, sebelah kanannya Pasar Sentral, ditengahnya
pertigaan Terminal. Ooooh “Rumahku Istanaku” kata yang pas banget dijadiin
kesimpulan dari ketiga alasan tadi. Tapi memang perkataan orangtua selalu benar,
ya gak ? Alhamdulillah saat aku mendaftar jalur SNMPTN atau jalur undangan, Della Mutia Ibrahim dinyatakan lulus di pilihan
pertama jurusan PENDIDIKAN BIOLOGI di UNG dan lulus menjadi mahasiswa
BIDIKMISI. Tanpa susah payah ikut tes tertulis dan sudah dipastikan kuliah ditanggung
oleh Pemerintah, dan akhirnya aku memilih untuk mengambil kesempatan emas
tersebut.
Awal semester setelah
melewati masa perpoloncoan atau bahasa kerennya MOMB yang rasanya campur aduk dari
senang, sedih, kesal, takut dan malu jadi satu. Dimulai dari hari senin awal
bulan September tahun 2013 jadi anak kuliahan nih, mulai ngestatus di BBM salah
satu media social terkini “Ngampus
cuy wkwkwk”. Bangga banget rasanya jadi mahasiswa, pake baju bebas gk pake
seragam, bukan lagi siswa SMA yang alay sekarang mah jamannya dewasa hahahaha.. merasa ada beban tersendiri saat
bertemu dengan teman baru dan semua dari luar kota Gorontalo, ada yang dari
Kabupaten Gorontalo, Bone Bolango, Pohuwato, sampe Ampana ada dikelasku.
Sebagai anak Kota dan asli orang Sunda awalnya merasa beda sendiri dan gak punya
banyak temen, kalau mau bicara logat gorontalo sering diketawain karena katanya
gak enak didenger, kalau mereka bicara bahasa gorontalo gak ngerti, hah jadi
kaya Raisa aja serba salah huhuhuuhu…
Banyak teman-teman dan
guru SMA yang bertanya “Del, masuk jurusan apa di UNG ?” aku jawab dengan
senyum bahagia “Jurusan Pendidikan Biologi” sebagian menanggapinya dengan
kata-kata “wuuuih keren” ada juga yang bilang “gak salah masuk jurusan sis ?” ada juga malah yang bilang “iih
mau banyak ketemu sama hewan-hewan dihutan” dan ini yang paling bikin aku
berpikir keras “mau jadi apa nantin kalau udah jadi lulusan biologi ?” “Jadi ibu guru, doakan aja” jawabku yang mempunyai cita-cita menjadi seorang guru
semenjak kecil dulu. Senior-senior di jurusan Biologi juga selalu berbagi
pegalaman selama kuliah, ada yang bilang banyak temannya yang udah pindah
jurusan, banyak yang gak kuat, dan banyak yang bilang salah masuk jurusan.
Pengalaman dari senior seperti cerita horror yang terus menghantui di setiap
hari. Katanya “Kuliah berbeda dengan SMA, kalian harus berusaha belajar dan
mencari tahu sendiri. Dosen bukan seperti guru di SMA yang sering ngejar-ngejar
kalian kalau nilai belum tuntas. Kalau gak tuntas satu mata kuliah harus
mengulang tahun depan. Lebih baik SMA lagi dari pada kuliah. Nanti juga kalian
akan merasakannya hahaha” senior itu tertawa sinis setelah mengatakan hal yang
membuat aku dan teman-teman lain tidak bersemangat.
Perkuliahan sudah lebih
dari 1 bulan, saatnya praktikum dimulai. Ada praktikum fisika, kimia, dan
biologi umum untuk semester pertama. Awal coaching
aja asisten, aturan, dan laporannya sudah bikin aku mau langsung nikah aja
rasanya. Harus buat laporan awal sebelum praktikum, judul praktikum aja gak
boleh sama kalau praktikum fisika. Harus menjawab kuis pendahuluan yang baru
ditempel 2 jam sebelum praktikum kimia dimulai. Mencari bahan praktikum kalau
praktikum biologi umum. Belum lagi saat didalam laboratorium gak boleh ribut, harus
pake baju lab, gak boleh mecahin alat laboratorium, dan gak boleh terlambat. Kalau
ada salah satu yang dilanggar asisten akan berubah menjadi singa yang kelaparan
dalam sekejap. Belum sampai disitu aja, di akhir praktikum harus membuat
laporan dengan batas waktu pengumpulan yang membuat aku kurang tidur, banyak
minum kopi hitam yang gak perlu disebutin mereknya, makan gak teratur, gak
kenal yang namanya weekend, numpang
mandi di kos teman, gak pernah tidur seharian, diputusin si doi sampe jarang
ikut ngumpul bareng keluarga. Selain kuliah tatap muka, ada juga tugas harian,
tugas besar dan ulangan dari dosen. Sibuknya udah kaya artis aja, eh kalah deh
anggota dewan juga. Ternyata sudah mulai terasa jadi MAHAnya SISWA tuh gimana.
Bener kata seniorku, ingin rasanya jadi anak sekolahan lagi. Tapi apa daya, aku
mah apa atuh.
Saat pertama kali bertemu
dengan sesuatu yang membuat aku sadar, membuat aku terpanah dengan keindahan
sang Pencipta, membuat aku selalu memuja-Nya. Tanganku dingin bergetar saat
bersentuhan langsung denganya, selalu buatku penasaran dan ingin selalu
didekatnya. Sesuatu itu adalah mikroskop binokuler, sebuah alat moderen,
canggih, elektrik dan berfungsi untuk melihat benda maupun mahluk hidup yang
mikroskopis atau tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Dalam praktikum biologi
tidak jauh dari mikroorganisme, hewan, tumbuhan dan kita manusia sebagai bahan
praktikumnya.
Jika melihat lebih
dalam, dengan menggunakan perbesaran mikroskop 400x betapa takjubnya aku bisa
melihat bagian sel dari dalam diriku sendiri, walaupun sakit rasanya harus mengkorek
berulang-ulang lapisan mukosa pipi dari dalam mulutku dengan tusuk gigi, bisa
melihat sel tumbuhan dari lapisan epidermis bawang merah, yang terlihat seperti
susunan batu bata yang rapi karena sel tumbuhan memiliki dinding sel yang rapat
dan teguh, berfungsi sebagai pelindung bagian dalam sel, dan untuk membantu mempertahankan bentuk sel.
Bisa membuktikan teori dengan perbesaran 1000x di mikroskop yaitu bagian
preparat dari otot polos, otot jantung, otot lurik dan proses pembelahan sel
secara mitosis dari cacahan akar bawang merah, secara nyata bukan hanya sekedar
digambar LKS siswa atau di google aja.
Tak terasa akhirnya
sudah semester dua, ada tiga praktikum yang harus dilewati. Di semester dua ini
aku sudah bisa banyak mengenal teman mikroskop, yaitu alat-alat laboratorium
yang memiliki fungsi yang berbeda-beda. Semester genap ini diharuskan
bersentuhan dengan cacing tanah, bintang laut, cumi-cumi, kepiting, dan
berbagai jenis serangga. Dengan melihat lebih dalam perbesaran 400x di
mikroskop saat praktikum mikroteknik, bahan praktikum menggunakan darah kita
sendiri. Aku bisa melihat sel darah dari setetes darah yang keluar di jari
manisku ini. Dengan metode pewarnaan
May-Grunwald aku bisa melihat sel darah merah dan sel darah putih yang berwarna
ungu. Sel
darah merah adalah cairan yang berfungsi mengedarkan zat-zat makanan dan
oksigen ke seluruh tubuh, sedangkan sel darah putih berfungsi sebagai sistem
kekebalan tubuh. Subhanallah, segala puji atas ciptaan-Mu yang memiliki arti
dan fungsi dalam kehidupan.
Orientasi Medan Biologi
(OMB) bisa dibilang tradisi tiap tahunnya bagi mahasiswa semester dua untuk
lebih mengenal jurusan biologi. Dari pihak jurusan sangat mendukung kegiatan
ini, kegiatan dilaksanakan jauh dari perkotaan selama tiga hari. Mulai dari
tidur di tenda beralas tanah yang berkelok, games,
pemberian materi, dan yang paling ditunggu-tunggu adalah naik-turun gunung
dengan tugas mencari tumbuhan yang hidup di hutan, 10 hewan di air, 10 hewan di
darat dan gak ketinggalan 10 hewan diudara ditutup dengan malam keakraban
ditengah-tengah api unggun. Saatnya pulang, tidak sempat mengucap salam saat
membuka pintu “Aaah sakit badan, tukang urut mana tukang urut !!” keluhku yang
merindukan tukang urut langganan mama. Jika melihat lebih dalam mengenai
keuntungan dari kegiatan OMB yaitu kita bisa melatih kekompakkan, kerjasama,
ketelitian, kehati-hatian, melatih
berjalan di medan pegunungan dan mencari bahan untuk penelitian diakhir
tugas kuliah nanti, skripsi my bro.
Semester ketiga
dimulai, seperti biasa senior datang menghantui katanya semester tiga dan empat
adalah semester cobaan, semester yang paling susah, yang paling menguras
tenaga, pikiran, uang dan waktu. Ayo kita buktikan, mulai dari praktikum zoology
vertebrata kami mengenal berbagai macam hewan yang bertulang belakang seperti
yang kami bawa ke laboratorium green
house UNG ada ikan lele, ikan hiu, ikan pari, kodok dan katak, ular, ayam,
bebek, burung merpati, kelinci dan si lucu hamster. Di semester ini banyak praktek
membedah hewan, agar bisa melihat bagian-bagian organ penyusun setiap sistem
organ pada hewan. Mulai dari ikan sampai si lucu hamster, sedih banget rasanya
tapi gue laki harus berani demi ilmu dan tujuan yang benar. “Bismillahirohmanirohim”
ucapku setiap mematikan hewan percobaan. Dan praktikum anatomi tumbuhan,
melihat dengan perbesaran 400x akhirnya aku bisa membuktikan dan melihat
sendiri bahwa tumbuhan itu hidup dan bergerak. Pada tumbuhan Hydrilla aku bisa merekam gerakan
vakuola makanan yang bergerak dalam sel secara memutar. Tak hentinya aku
mengucap syukur atas keangungan Allah SWT.
Pengalaman lain saat
semester empat, praktikum perkembangan hewan. Aku dan teman sekelasku dapat
mengamati perkembangan telur ikan, katak dan ayam. Sungguh indah saat bisa
memantau perkembangan embrio dari hewan tersebut. Terbukti saat melihat salah
satu telur ikan setelah 48 jam lebih membentuk embrio, mulai terlihat di
mikroskop detak jantung sang calon ikan nila. Walaupun banyak telur yang mati
karena keterbatasan alat, ketidakmampuan embrio untuk bertahan pada kondisi
laboratorium, maupun kesalahan dari praktikan, tetapi aku bisa mendapatkan
embrio katak yang berkembang tulang belakangnya, dan bisa melihat detak jantung
embrio ayam di mikroskop yang sudah 72 jam di inkubasi. Bisa membuktikan bahwa
tumbuhan atau pohon-pohon disekitar kita bisa melakukan proses transpirasi
yaitu hilangnya air dari tubuh tumbuhan dalam bentuk uap
saat keadaan lingkungan sekitarnya terancam.
Subhanallah Maha Suci
Allah. Betapa besar kuasa Allah memberi kita nyawa, dan apa yang selama ini
kita lakukan ? Sadarkah kita ? Apa saja yang sudah kita lakukan kepada sesama
makhluk cipataan-Nya ? karena dengan melihat langsung betapa indah kuasa-Nya,
meskipun masih banyak yang belum ku lihat, tetapi aku sadar bahwa kita harus
menjaga, memelihara dan memanfaatkan dengan baik apa saja yang telah Allah
berikan. Aku tahu bahwa tumbuhan, hewan dan manusia saling membutuhkan, saling
berinteraksi dalam lingkungan yang Allah telah buat sedemikian rupa. Sebagai
ciptaan-Nya yang lebih sempurna dari pada makhluk lainnya, maka janganlah
banyak mengeluh atas masalah yang terjadi dalam hidup. Hewan dan tumbuhan aja
bisa menemukan cara untuk mempertahankan hidupnya dari kondisi yang mengancam.
Banyak pelajaran yang bisa aku ambil dari setiap ilmu selama di kampus, ilmu
yang sangat bermanfaat dan bisa mengungkap peristiwa alam dalam kehidupan
sehari-hari yang baru aku tahu.
Masalah yang aku hadapi
saat pertama kuliah di UNG kini telah terselesaikan. Sekarang aku punya banyak
teman dan bisa belajar bahasa Gorontalo dari mereka, walau cuma bisa bilang “Wololo
habari ?” jawabannya “Piopiohu” “Monga binthe biluhuta” jawabannya “Traktir
ya hahaha”. Masalah pernyataan ini nih, merasa salah masuk jurusan di Biologi ?
“Salah kalau kalian gak masuk Biologi” jawabku tegas. Dengan alat canggih dan
tersedia di laboratorium UNG menjadikan media pembelajaran yang meningkatkan
motivasi, kemampuan dan pengetahuan mahasiswa khususnya bidang biologi. Dengan
dukungan dan pembelajaran dari dosen-dosen jurusan biologi yang berkompeten di
UNG membuat mahasiswa inovatif dan berusaha keras dalam mengerjakan tugas-tugas
yang tentunya bermanfaat bagi mahasiswa, universitas, lingkungan dan bagi
masyarakat sekitar. Kini aku terinspirasi untuk merubah cita-citaku menjadi
seorang dosen atau guru besar. Semoga inspirasiku bisa menjadi inspirasimu
juga. Jangan hanya melihat dari dasarnya saja, lihatlah sampai kedalam maka
kamu akan menemukan keindahan yang terpendam. Apaan sih kata-katanya hahaha…
Sekian.